KUALITAS
PENDUDUK INDONESIA
Untuk mengetahui kualitas penduduk di Indonesia digunakan Indeks Pembangunan Manusia yang dikenal dengan sebutan Human Development Index (HDI). HDI dikembangkan oleh United Nations Development Program (UNDP), guna mengukur kesuksesan pembangunan suatu negara. HDI diolah berdasarkan tiga hal, yaitu panjang usia, pengetahuan, dan standar hidup suatu bangsa. Ketiga hal tersebut dijabarkan kedalam tiga indikator yaitu ; tingkat pendidikan, kesehatan dan ekonomi. HDI ditunjukkan dalam skala 0 – 1, yang mendekati nilai 1 menunjukkan kualitas penduduknya semakin baik. Nilai HDI yang mendekati 0 menunjukkan kualitas penduduknya semakin buruk. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi, akan mampu meningkatkan produktivitas kerja yang tinggi. Sebaliknya kualitas sumberdaya yang rendah akan berpengaruh terhadap produktivitas yang rendah.
a. Tingkat Pendidikan
Sumber daya manusia yang berkualitas mutlak diperlukan dalam pembangunan dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan investasi manusia dimasa datang. Dengan pendidikan yang maju bisa memudahkan masyarakat untuk menerima pembaharuan. Pembaharuan berarti menimbulkan perubahan dalam pembangunan. Sebab-sebab rendahnya tingkat pendidikan di negara kita antara lain, prasaranan dan sarana belum merata, pendapatan per kapita rendah sehingga banyak anak putus sekolah. Untuk itu pemerintah perlu melakukan pembangunan dalam bidang pendidikan, berupa pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Meningkatkan wajib belajar dari sembilan tahun menjadi dua belas tahun. Memberantas buta huruf, dan menggalakkan program paket A, B dan C. Peninkatan beasiswa bagi siswa yang krang mampu ekonomnya.
b. Tingkat Kesehatan
Kualitas sumberdaya manusian dapat di ukur dengan tingkat kesehatan penduduk. Untuk itu pemerintah perlu memberikan pelayanan kesehatan, agar semua lapisan masyarakat mendapat pelayanan yang mudah dan murah, merata. Rakyat sehat negara kuat. Dengan demikian angka harapan hidup dapat ditingkatkan. Angka harapan hidup adalah angka yang menjelaskan perkiraan harapan hidup seseorang sejak lahir hingga meninggal. Disamping itu dengan kesehatan yang baik kematian bayi dapat ditekan, gizi penduduk dapat ditingkatkan. Kematian bayi merupakan indikator tingkat kesehatan penduduk.
c. Tingkat Ekonomi
Tingkat pendapatan per kapita adalah rata-rata pendapatan setiap orang dalam satu tahun. Tingkat pendapatan per kapita dapat dijadikan ukuran kualitas penduduk, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan. Pendapatan per kapita berhubungan dengan daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Pendapatan per kapita bangsa indonesia masih tergolong rendah dibanding dengan negara-negara lain
Untuk mengetahui kualitas penduduk di Indonesia digunakan Indeks Pembangunan Manusia yang dikenal dengan sebutan Human Development Index (HDI). HDI dikembangkan oleh United Nations Development Program (UNDP), guna mengukur kesuksesan pembangunan suatu negara. HDI diolah berdasarkan tiga hal, yaitu panjang usia, pengetahuan, dan standar hidup suatu bangsa. Ketiga hal tersebut dijabarkan kedalam tiga indikator yaitu ; tingkat pendidikan, kesehatan dan ekonomi. HDI ditunjukkan dalam skala 0 – 1, yang mendekati nilai 1 menunjukkan kualitas penduduknya semakin baik. Nilai HDI yang mendekati 0 menunjukkan kualitas penduduknya semakin buruk. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi, akan mampu meningkatkan produktivitas kerja yang tinggi. Sebaliknya kualitas sumberdaya yang rendah akan berpengaruh terhadap produktivitas yang rendah.
a. Tingkat Pendidikan
Sumber daya manusia yang berkualitas mutlak diperlukan dalam pembangunan dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan investasi manusia dimasa datang. Dengan pendidikan yang maju bisa memudahkan masyarakat untuk menerima pembaharuan. Pembaharuan berarti menimbulkan perubahan dalam pembangunan. Sebab-sebab rendahnya tingkat pendidikan di negara kita antara lain, prasaranan dan sarana belum merata, pendapatan per kapita rendah sehingga banyak anak putus sekolah. Untuk itu pemerintah perlu melakukan pembangunan dalam bidang pendidikan, berupa pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Meningkatkan wajib belajar dari sembilan tahun menjadi dua belas tahun. Memberantas buta huruf, dan menggalakkan program paket A, B dan C. Peninkatan beasiswa bagi siswa yang krang mampu ekonomnya.
b. Tingkat Kesehatan
Kualitas sumberdaya manusian dapat di ukur dengan tingkat kesehatan penduduk. Untuk itu pemerintah perlu memberikan pelayanan kesehatan, agar semua lapisan masyarakat mendapat pelayanan yang mudah dan murah, merata. Rakyat sehat negara kuat. Dengan demikian angka harapan hidup dapat ditingkatkan. Angka harapan hidup adalah angka yang menjelaskan perkiraan harapan hidup seseorang sejak lahir hingga meninggal. Disamping itu dengan kesehatan yang baik kematian bayi dapat ditekan, gizi penduduk dapat ditingkatkan. Kematian bayi merupakan indikator tingkat kesehatan penduduk.
c. Tingkat Ekonomi
Tingkat pendapatan per kapita adalah rata-rata pendapatan setiap orang dalam satu tahun. Tingkat pendapatan per kapita dapat dijadikan ukuran kualitas penduduk, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan. Pendapatan per kapita berhubungan dengan daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Pendapatan per kapita bangsa indonesia masih tergolong rendah dibanding dengan negara-negara lain
Penyebab Pertumbuhan Penduduk Meningkat
Di Indonesia
Benarkah jumlah penduduk Indonesia meledak lagi? Apa
yang disebut dengan peledakan penduduk? Istilah peledakan penduduk muncul
ketika orang membicarakan transisi demografi.
Kerangka berpikirnya adalah pada awal pembangunan
suatu masyarakat memiliki angka pertumbuhan penduduk yang rendah karena angka
kelahiran dan kematian yang tinggi. Banyak bayi yang lahir, tetapi juga banyak
orang yang meninggal karena berbagai sebab. Ketika teknologi kedokteran dan
fasilitas kesehatan meningkat, angka kematian pun turun dengan cepat. Kalau
turunnya angka kematian ini tidak disertai dengan penurunan angka kelahiran,
terjadilah ”peledakan penduduk”.
Jumlah yang lahir jauh lebih banyak dari yang
meninggal. Akibatnya, angka pertumbuhan penduduk meningkat dengan cepat.
Peledakan penduduk ini dapat mengacaukan pembangunan ekonomi dan mengganggu
kesejahteraan keluarga. Pendapatan masih rendah, sementara banyak anak yang
harus diurus. Kualitas anak tidak terjamin sehingga sulit keluar dari perangkap
kemiskinan. Di Indonesia, angka pertumbuhan penduduk tahunan tertinggi mencapai
2,34 persen pada periode 1971-1980.
Program Keluarga Berencana (KB) berhasil menekan angka
pertumbuhan penduduk tahunan menjadi 1,97 persen pada periode 1980-1990. Secara
absolut, tambahan jumlah penduduk mulai turun dari 31,7 juta pada 1980-1990
menjadi 26,5 juta pada periode 1990-2000. Kalaupun penduduk Timor Timur
diperhitungkan pada sensus 2000, kenaikan pada periode 1999-2000 pun hanya
sekira 27,5 juta, masih lebih rendah daripada kenaikan 1980-1990.
Jadi kapan penduduk Indonesia meledak? Kalau
menggunakan angka pertumbuhan penduduk, peledakan terjadi pada 1971-1980. Kalau
menggunakan kenaikan jumlah penduduk secara absolut, peledakan terjadi pada
periode 1980-1990. Lalu mengapa ada kekhawatiran terjadi peledakan penduduk?
Ada dua tanda yang dinilai telah terjadi
peledakan penduduk.
1.Kedua, tambahan jumlah penduduk periode 2000-2010
mencapai 32,5 juta, lebih besar daripada periode 1990-2000 yang hanya 27,5 juta
(kalau Timor Timur diperhitungkan).
2. Ketiga, hasil sensus ini ternyata lebih tinggi daripada
dugaan para demografer.
Misalnya Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2007
memproyeksikan bahwa penduduk Indonesia akan berjumlah 234,2 juta pada 2010,
yang ternyata lebih rendah dari hasil sensus 2010. Sebelum mencari tahu sebab
kenaikan angka pertumbuhan dan tambahan jumlah penduduk, kita terlebih dulu
melihat apakah benar hasil sensus ini mengagetkan.
Sesungguhnya demografer bukan tukang ramal yang dapat
memberikan suatu angka pasti. Mereka biasanya memberikan suatu interval atau
beberapa skenario kecenderungan.
Namun, BPS hanya menyajikan satu angka saja, dan hal ini yang telah menimbulkan kesalahpahaman. Kalaulah proyeksi BPS dan hasil sensus diberi interval plus minus satu persen, proyeksi BPS tadi menghasilkan jumlah penduduk antara 231,9 juta dan 236,5 juta pada 2010.
Namun, BPS hanya menyajikan satu angka saja, dan hal ini yang telah menimbulkan kesalahpahaman. Kalaulah proyeksi BPS dan hasil sensus diberi interval plus minus satu persen, proyeksi BPS tadi menghasilkan jumlah penduduk antara 231,9 juta dan 236,5 juta pada 2010.
Dengan interval yang sama, sensus penduduk memberikan
hasil antara 235,2 juta dan 240,0 juta. Terlihat ada tumpang tindih antara
proyeksi BPS dan hasil sensus, walau hasil proyeksi cenderung berada di bawah
hasil sensus. Maka, kami cenderung tidak terlalu kaget dengan hasil sensus.
Hasil sensus memang lebih tinggi daripada proyeksi BPS, tetapi perbedaannya
kecil sekali. Lalu, mengapa angka pertumbuhan periode 2000-2010 meningkat?
Ada empat hal yang mungkin menjadi penyebab.
1Pertama, kami menduga transisi demografi telah
selesai di Indonesia. Angka kelahiran telah mencapai atau bahkan di bawah
replacement level yakni angka yang sudah relatif rendah yang biasa ditemui di
negara maju. Pada saat angka kelahiran sudah serendah ini, angka kelahiran
memang sering naik dan turun tergantung kondisi ekonomi, sosial, dan politik.
Kami menduga angka kelahiran tetap terus menurun, namun mungkin saja
penurunannya tidak secepat yang diproyeksikan BPS. Dari sini, kami tidak
melihat adanya tanda-tanda ”peledakan penduduk” seperti yang terjadi 30 atau 40
tahun yang lalu.
2. Kedua, angka kematian telah menurun
lebih cepat daripada yang diduga. Penduduk Indonesia ternyata hidup lebih lama.
Berita penemuan petugas sensus tentang penduduk yang berusia lebih dari 100
tahun dapat menjadi sedikit petunjuk bahwa penduduk Indonesia kini mampu hidup
lebih lama daripada yang kita duga. Kenaikan jumlah penduduk karena kita hidup
lebih lama mungkin justru berita yang baik, bukan suatu ”peledakan”.
3. Ketiga, ada
migrasi masuk ke Indonesia yang lebih besar daripada migrasi keluar. Namun,
proyeksi BPS mengasumsikan bahwa jumlah migrasi keluar sama dengan migrasi
masuk. Walaupun kini makin banyak penduduk Indonesia bermigrasi ke luar negeri,
krisis global 2008-2009 mungkin berdampak pada pulangnya para pekerja
Indonesia. Di luar krisis global, arus balik para pekerja juga mungkin terus
meningkat. Selain itu, makin banyak orang asing yang bekerja dan tinggal di
Indonesia. Sebab itu, seperti yang diasumsikan BPS, kami menduga bahwa arus
migrasi masih belum banyak berpengaruh pada pertumbuhan penduduk Indonesia
untuk periode 2000-2010. Dari sisi migrasi, amat kecil pula kemungkinan terjadi
”peledakan” pada periode 2000-2010.
4. Keempat, soal akurasi data sensus 2010, relatif
terhadap data sensus 2000. Sensus 2010 dilaksanakan dengan dana dan tenaga yang
lebih besar serta latihan yang lebih baik.
Sensus ini juga dilaksanakan pada saat kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang baik. Ada daerah yang biasanya tak tercacah kini tercacah. Suasana pada 2000 sangat tidak menguntungkan untuk sensus.
Sensus ini juga dilaksanakan pada saat kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang baik. Ada daerah yang biasanya tak tercacah kini tercacah. Suasana pada 2000 sangat tidak menguntungkan untuk sensus.
Kerusuhan membuat orang sulit dan takut disensus.
Demam demokrasi juga dapat menyebabkan orang menolak untuk disensus. Maka,
kenaikan angka pertumbuhan dan penambahan jumlah penduduk di periode 2000- 2010
yang disebut di atas mungkin terlalu tinggi.
Artinya,kemungkinan terjadi ”peledakan” juga makin
kecil. Akhirnya, kami simpulkan bahwa peledakan penduduk seperti yang terjadi
30 atau 40 tahun yang lalu mungkin tidak akan terjadi di Indonesia.
Permasalahan demografi saat ini sangat berbeda dengan permasalahan 50 sampai 30
tahun yang lalu.
Jawa adalah pulau yang sebagian besar terbentuk dari
aktivitas vulkanik, merupakan pulau ketiga belas terbesar di dunia,
dan terbesar kelima di Indonesia. Deretan gunung-gunung berapi membentuk
jajaran yang terbentang dari timur hingga barat pulau ini. Terdapat tiga bahasa
utama di pulau ini, namun mayoritas penduduk menggunakan bahasa Jawa.
Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu dari 60 juta penduduk Indonesia, dan sebagian
besar penuturnya berdiam di pulau Jawa. Sebagian besar penduduk adalah bilingual,
yang berbahasa Indonesia baik sebagai bahasa pertama
maupun kedua. Sebagian besar penduduk Jawa adalah Muslim, namun
terdapat beragam aliran kepercayaan, agama, kelompok etnis, serta budaya di
pulau ini. Jawa telah menjadi pulau paling berkembang di Indonesia sejak era
Hindia-Belanda hingga saat ini. Jaringan transportasi jalan yang telah ada
sejak zaman kuno dipertautkan dan disempurnakan dengan dibangunnya Jalan
Raya Pos Jawa oleh Daendels di awal abad ke-19. Kebutuhan transportasi
produk-produk komersial dari perkebunan di pedalaman menuju pelabuhan di
pantai, telah memacu pembangunan jaringan kereta api di Jawa. Saat ini,
industri, bisnis dan perdagangan, juga jasa berkembang di kota-kota besar di
Jawa, seperti Jakarta,
Surabaya, Semarang, dan Bandung,
sedangkan kota-kota kesultanan tradisional seperti Yogyakarta,
Surakarta,
dan Cirebon
menjaga warisan budaya keraton dan menjadi pusat seni, budaya dan pariwisata.
Kawasan industri juga berkembang di kota-kota sepanjang pantai utara Jawa, terutama
di sekitar Cilegon,
Tangerang,
Bekasi, Karawang, Gresik, dan Sidoarjo
ANGKA KETERGANTUNGAN PENDUDUK
Rasio
ketergantungan (depedency ratio) atau angka beban ketergantungan adalah suatu angka yang menunjukkan besar beban
tanggungan kelompok usia produktif atas penduduk usia nonproduktif. Untuk
mengetahui berapa besar angka ketergantungan
Makin besar rasio ketergantungan berarti makin besar beban tanggungan bagi kelompok usia produktif. Tinggi rendahnya angka ketergantungan dapat dibedakan tiga golongan, yaitu angka ketergantungan rendah bila kurang dari 30, angka ketergantungan sedang bila 30 - 40, dan angka ketergantungan tinggi bila lebih dari 41.
Contoh:
Data penduduk negara Y tahun 2006, jumlah anak nonproduktif 50%, jumlah nonproduktif tua 10 %, dan jumlah usia produktif 40%.
Ini berarti
setiap 100 orang penduduk yang produktif, harus menanggung beban 150 orang
penduduk nonproduktif. Jadi, semakin besar pembilang (orang-orang yang tidak
menghasilkan) makin besarlah angka ketergantungan ini. Makin besar angka
ketergantungan, makin besar pula beban tanggungan suatu negara.
BAB IPENDAHULUAN
Mortalitas, atau
kematian, merupakan salah satu komponen pokok selainfertilitas dan migrasi yang
mempengaruhi komposisi dan struktur penduduk.Dalam kajian mengenai mortalitas,
dikenal konsep mengenai Angka HarapanHidup. Keberhasilan program kesehatan dan
program pembangunan sosialekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan
usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan
kesehatan melaluiPuskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan
aksesterhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan
kalori,mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh
pekerjaandengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan
meningkatkanderajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan
hidupnya.Angka Harapan Hidup pada suatu umur x didefinisikan sebagai rata-ratatahun
hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapaiumur
x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku
dilingkungan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah
rata-ratatahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu
tahuntertentu. Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka
KematianMenurut Umur (
Age Specific
Death Rate
/ASDR) yang datanya
diperoleh daricatatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan
dibuatTabel Kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia
belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup
digunakancara tidak langsung dengan program Mortpak Lite.Selama era PPJ I
sampai dengan tahun keempat Repelita VI, Indonesiamengalami penurunan angka
kematian dan peningkatan Angka Harapan Hidupyang sangat progresif. Sejak Juli
1997, Indonesia dilanda badai krisis moneter
atau ‘El Nino Ekonomi’
yang mengakibatkan tingginya
angka inflasi, dan
bahkanterjadi resesi ekonomi mulai tahun 1998 ini. Berbagai bukti secara
demografis danepidemiologis memberikan dukungan bahwa terdapat keterkaitan
antara derajat perkembangan ekonomi suatu Negara dengan tingkat kematian
dan tingginya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar