Jumat, 01 November 2013

HADIS PALSU



CONTOH HADITS MAUDHU'
(BAGIAN 42)
CONTOH HADITS MAUDHU'
 
Hadits maudhu' (palsu):

"Sesungguhnya Allah menggenggamsegenggamdaricahaya-Nya, laluberfirmankepadanya, 'Jadilah Muhammad'."
 
Hadits maudhu':

"WahaiJabir, bahwa yang pertama kali diciptakanoleh Allah adalahcahayaNabimu."
 
Hadits tidak ada sumber asalnya:

"Bertawassullahdenganmartabatdankedudukanku."
 
Hadits maudhu'. Demikian menurut AI-Hafizh Adz-Dzahabi:

"Barangsiapa yang menunaikanhajikemudiantidakberziarahkepadaku, makadiatelahbersikapkasarkepadaku."
 
Hadits tidak ada sumber asalnya. Demikian menurut Al-Hafizh Al-'lraqi.

"Pembicaraan di masjid memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar."
 
Hadits maudhu'. Demikian menurut AI-Ashfahani:

"Cinta tanah air adalah sebagian daripada iman."
 
Hadits maudhu', tidak ada sumber asalnya:

"Berpegang teguhlah kamu dengan agama orang-orang lemah."
 
Hadits tidak ada sumber asalnya:

"Barangsiapa yang mengetahui dirinya, maka dia telah menge-tahui Tuhannya."
 
Hadis tidak ada asal sumbernya:

"Aku adalah harta yang tersembunyi."
 
Hadits maudhu':

"Ketika Adam melakukan kesalahan, ia berkata, 'Wahai Tuhan-ku, aku memohon kepadaMu dengan hak Muhammad agar Eng-kau mengampuni padaku."
 
Hadits maudhu':

"Semua manusia (dalam keadaan) mati kecuali para ulama. Semua ulama binasa kecuali mereka yang mengamalkan (Ilmunya). Semua orang yang mengamalkan ilmunya tenggelam, kecuali me-reka yang ikhlas. Dan orang-orang yang ikhlas itu berada dalam bahaya yang besar."
 
Hadits maudhu'. Lihat Silsilatul Ahaadits Adh-Dha'iifah, hadits no. 58:

"Para sahabatku laksana bintang-bintang. Siapa pun dari mere-ka yang engkau teladani, niscaya engkau akan mendapat petun-juk."
 
Hadits batil. Lihat Silsilatul Ahaadits Adh-Dhaiifah, no. 87:

"Jikakhatibtelahnaikmimbar, makatakadalagishalatdanperbincangan."
 
Hadits batil. Ibnu AI-Jauzi memasukkannya dalam kelompok hadits-hadits maudhu':

"CarilahIlmumeskipun (sampai) dinegeriCina."
 
Hadits Maudhu yang tersebar dikalangan umat Islam sangat banyak sekali. Hadits-hadits tersebut juga mengenai pembahasan-pembahasan yang berbeda. Orang-orang zindiq saja mereka sangat banyak memalsukan hadits. Diriwayatkan dari Hammad bin Zaid bahwa beliau berkata : “Orang-orang zindiq memalsukan hadits atas nama Rasulullah sebanyak 14.000 hadits”
Berikut adalah enam contoh hadits maudhu yang diambil dari penjelasan Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah :
1. Hadits :
من صام صبيحة يوم الفطر فكأنما صام الدهر كله
“Barangsiapa berpuasa di waktu pagi pada hari ‘Idul Fithri, dia bagaikan puasa sepanjang waktu”
Ini adalah hadits palsu yang dibuat oleh Ibnu al-Bailami. Ibnu Hibban rahimahullah berkata : “Dia meriwayatkan hadits dari ayahnya sebanyak kurang lebih 200 hadits, semuanya palsu dan tidak boleh berhujjah dengan dia dan juga tidak boleh disebut namanya kecuali hanya untuk menjelaskan keheranan terhadapnya ”
2. Hadits yang disandarkan kepada Rasulullah :
رجب شهر الله وشعبان شهري و رمضان شهر أمتي
“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan bulan umatku”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Jahdzom, dia adalah seorang pemalsu hadits.
3. Hadits :
من صام يوما من رجب و صلى أربع ركعات يقرأ في أول ركعة مائة مرة (أية الكرسي) وفي الثانية مائة مرة (قل هو الله أحد) لم يمت حتى يرى مقعده من الجنة
“Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab dan melakukan sholat empat rakaat, pada rakaat pertama ia membaca ayat kursi 100 kali dan pada rakaat kedua dia membaca “Qul Huwallahu Ahad”, dia tidak akan mati sebelum melihat tempatnya di surga”
Hadits ini juga disebutkan oleh Ibnu al-Jauzi (2/132)
3. Hadits :
من صام يوم عاشوراء كتب الله له عبادة ستين سنة
“Barangsiapa yang berpuasa pada hari ‘Asyura, Allah akan menulis baginya ibadah selama enampuluh tahun”
Hadits ini palsu diriwayatkan oleh Hubaib bin Abi Hubaib, dia termasuk orang yang memalsukan hadits.
4. Hadits bahwa Rasulullah :
أمر الأغنياء باتخاذ الغنم و أمر الفقراء باتخاذ الدجاج
“Beliau memerintahkan para orang kaya untuk memelihara kambing dan memerintahkan para orang miskin untuk memelihara ayam”
Hadits ini palsu yang diriwayatkan oleh Ali bin Urwah ad-Dimasyqi. Ibnu Hibban berkata tentangnya : “Dia pernah memalsukan hadits”
5. Hadits :
من رفع يديه في الركوع فلا صلاة له
“Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya ketika ruku’, maka tidak ada shalat baginya”
Hadits dipalsukan oleh Muhammad bin Ukasyah al-Kirmani.
6. Hadits :
لكل شيء معدن و ومعدن التقوى قلوب العاقلين
“Setiap sesuatu punya sumber dan sumbernya ketaqwaan adalah hatinya orang-orang yang pintar berakal”
Ibnu al-Qoyyim juga menjelaskan bahwa hadits-hadits yang membahas tentang akal semuanya adalah dusta.
Wallahu Ta’ala A’lam

CONTOH HADITS MAUDHU’
Hadits maudhu’ (palsu):
“Sesungguhnya Allah menggenggam segenggam dari cahaya-Nya, lalu berfirman kepadanya, ‘Jadilah Muhammad’.”
Hadits maudhu’:
“Wahai Jabir, bahwa yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah cahaya Nabimu.”
Hadits tidak ada sumber asalnya:
“Bertawassullah dengan martabat dan kedudukanku.”
Hadits maudhu’. Demikian menurut AI-Hafizh Adz-Dzahabi:
“Barangsiapa yang menunaikan haji kemudian tidak berziarah kepadaku, maka dia telah bersikap kasar kepadaku.”
Hadits tidak ada sumber asalnya. Demikian menurut Al-Hafizh Al-’lraqi.
“Pembicaraan di masjid memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.”
Hadits maudhu’. Demikian menurut AI-Ashfahani:
“Cinta tanah air adalah sebagian daripada iman.”
Hadits maudhu’, tidak ada sumber asalnya:
“Berpegang teguhlah kamu dengan agama orang-orang lemah.”
Hadits tidak ada sumber asalnya:
“Barangsiapa yang mengetahui dirinya, maka dia telah menge-tahui Tuhannya.”
Hadis tidak ada asal sumbernya:
“Aku adalah harta yang tersembunyi.”
Hadits maudhu’:
“Ketika Adam melakukan kesalahan, ia berkata, ‘Wahai Tuhan-ku, aku memohon kepadaMu dengan hak Muhammad agar Eng-kau mengampuni padaku.”
Hadits maudhu’:
“Semua manusia (dalam keadaan) mati kecuali para ulama. Semua ulama binasa kecuali mereka yang mengamalkan (Ilmunya). Semua orang yang mengamalkan ilmunya tenggelam, kecuali me-reka yang ikhlas. Dan orang-orang yang ikhlas itu berada dalam bahaya yang besar.”
Hadits maudhu’. Lihat Silsilatul Ahaadits Adh-Dha’iifah, hadits no. 58:
“Para sahabatku laksana bintang-bintang. Siapa pun dari mere-ka yang engkau teladani, niscaya engkau akan mendapat petun-juk.”
Hadits batil. Lihat Silsilatul Ahaadits Adh-Dhaiifah, no. 87:
“Jika khatib telah naik mimbar, maka tak ada lagi shalat dan perbincangan.”
Hadits batil. Ibnu AI-Jauzi memasukkannya dalam kelompok hadits-hadits maudhu’:
“Carilah Ilmu meskipun (sampai) di negeri Cina.”
HADITS MU’ALLAL
1.Pengertian
a. Secara Bahasa
Adalah bentuk isim maf’ul dari “A’allahu bi kadza fahuwa mu’allun”. Ini adalah qiyas sharaf yang masyhur dan ini adalah bahasa arab yang fasih.
b. Secara Istilah
Yaitu hadits yang setelah diperiksa ternyata di dalamnya ada ’illat (cacat) yang merusak keshahihan suatu hadits, walaupun secara dzahirnya selamat dari ‘illat itu.
2.Pengertian ‘Illat
Yaitu sebab yang samara-samar, tersembunyi yang merusak keshahihan suatu hadits.
Dengan mengambil pengertian ‘illat ini, bahwasanya ‘illat menurut para ulama ahli hadits harus memiliki dua syarat yaitu:
a. Samar-samar dan tersembunyi
b.Merusak keshahihan suatu hadits
Apabila kosong (tidak ada) salah satu dari kedua syarat itu – seakan-akan menjadikan ’illatnya secara dzahir atau tidak merusak – maka tidak dinamakan ’illat secara istilah.
3. Dimana tempat terjadinya ’illat?
a. ’Illat dapat terjadi dalam sanad, dan ini sangat banyak.
b. ’Illat dapat terjadi dalam matan, dan ini sangat sedikit.
c. ’Illat dapat terjadi didalam sanad dan matan secara bersama-sama
4. Contoh-contoh hadits mu’allal.
a. ’Illat dalam sanad
.1 حديث يعلى بن عبيد, عن الثوري عن عمرو بن دينار عن إبن عمر عن الرسول الله صلى الله عليه وسلم: البيعان بالخيارما لم يتفرقا.
Artinya: hadits Ya’la Bin ‘Ubaid dari Tsaury dari ‘Amru bin Dinar dari Ibn ‘Umar dari Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Kedua orang penjual dan pembeli itu mempunyai hak khiyar selama mereka belum berpisah”.
Dalam hadits ini telah salah Ya’la terhadap Sufyan dalam perkataannya ‘Amru bin Dinar, karena imam-imam hafidz dari shahabat-shahabat Sufyan meriwayatkan dari Abdullah bin Dinar, bukan kepada ‘Amru bin Dinar. ‘Illatnya terletak pada adanya kekeliruan Ya’la bin ‘Ubaid dalam menyandarkan periwayatannya kepada Sufyan dari ‘Amru bin Dinar. Diketahui adanya kekeliruan itu setelah diadakan perbandingan dengan sanad yang lain. Yaitu sanad-sanad Abu Nu’aim, sanad Muhammad bin yusufdan sanad Makhlad bin Yazid. Mereka ini meriwayatkan hadits itu melalui Sufyan Ats-Tsaury, Abdullah bin Dinar dan Ibn ‘Umar.
Nyatalah sekarang bahwa sanad Ya’la bin ‘Ubaid itu ber’illat. Karena ia menyandarkan periwayatannya dari ‘Amru bin dinar padahal sebenarnya dari Abdullah bin Dinar. Walaupun sanad dari Ya’la ber’illat, namun matannya tetap shahih. Karena sama dengan matan hadits yang diriwayatkan oleh sanad-sanad lain yang tidak ada ‘illatnya (shahih).
‘Illat pada sanad yang membawa pengaruh kepada kecacatan matannya itu terjadi kalau ‘illat itu disebabkan karena memauqufkan (beritanya hanya sampai kepada shahabat), mengirsalkan ( meninggalkan shahabat yang seharusnya dijadikan sumber pemberitaan) atau memunqathi’kan (menggugurkan salah satu rawi yang menjadi sanadnya).
2 .حديث موسى بن عقية عن سهيل بن أبى صالح عن أبيه عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من جلس مجلسا كثر فيه لغطه فقال قبل أن يقوم سبحانك اللهم وبحمدك لاإله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك إلا غفر له ماكا ن في مجلسه.
Artinya: Hadits Musa bin ‘Uqbah dari Suhail bin Abi Shalih dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.beliau bersabda: ”Barangsiapa duduk dalam suatu majlis pertemuan membuat kegaduhan (keributan) dalam majlis itu, kemudian sebelum meninggalkan majlis ia berdoa: “Maha suci engkau wahai Tuhan dan dengan memuji engkau, bahwa tiada Tuhan kecuali engkau sendiri, saya meminta ampun dan bertaubat kepada-Mu.” Kecuali akan diampunilah segala apa yang terjadi dalam majlis itu.”
Al-Hakim An-Naisabury menceritakan bahwa Imam Muslim pernah menanyakan hadits ini kepada Imam Bukhari. Maka Imam Bukhari berkata “hadits tersebut adalah baik dan aku belum pernah mengetahui di dunia ini hadits yang sebaik ini (dalam masalah kaffaratul-majlis) kecuali hadits ini. Akan tetapi hadits itu ma’lul. Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail beliau berkata: telah bercerita kepada kami Wahib, beliau berkata: telah bercerita kepada kami Suhail, dari ‘Aun bin Abdullah katanya –bahwa hadits yang telah disebutkan adalah perkataan ‘Aun bin Abdullah bukan sabda Rasulullah. Dan ini yang pertama karena sedungguhnya tidak disebutkan oleh Musa bin ‘Uqbah telah mendengar dari Suhail.
b.‘Illat dalam Matan
إذاستيقظ أحدكم من منامه فليغسل كفيه ثلاث مرات قبل أن يحعلهما في الإناء, فإنه لايدري أين باتت يده ثم ليغترف بيمينه من أنا ءه ثم ليصب على شماله فليغسل مقعدته
Artinya: “Apabila salah seorang dari kamu bangun tidur, maka hendaklah ia mencuci kedua telapak tangannya kedalam bejana (tempat air), sebab ia tidak mengetahui kemana tangannya semalam”.
Hadits Ibrahim bin Thuhman, yang berasal dari Hisyam bin Hisan, dari Muhammad bin Sirrin dari Abu Hurairah dan yang bersanad Suhail bin Abi Shalih dari bapaknya dari Abu Hurairah. Abu Hatim ar-Razy berkata: kalimat tsumma liyaghtarifa sampai dengan maq’adatahu, adalah perkataan Ibrahim bin Thuhman. Karena ia menyambung perkatan itu pada akhir matan hadits, sehingga orang yang (mendengar) menerima tidak dapa mengetahui ‘illatnya. Perkataan seorang rawi yang disisipkan dalam suatu matan hadits itu disebut idraj. Sebagian ketentuan idraj adalah apabila seorang rawi yang menyisipkan itu menjelaskan bahwa sisipan atau tambahan itu untuk menjelaskan matan, maka yang demikian itu bukan merupakan ‘illat yang dapat mencacatkan suatu hadits. Akan tetapi apabila rawi tersebut mengatakan bahwa kata-kata yang diriwayatkan itu adalah matan hadits, maka idraj tersebut menyebabkan cacatnya matan hadits.
c.’Illat yang terjadi didalam sanad dan matan secara bersama-sama
مثاله: مارواه بقية عن يونس عن الزهريعن سالم عن إبن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من أدرك ركعة من صلاة الجمعة فقد أدرك.
Artinya: “Barangsiapa mendapatkan satu rakaat dari shalat jum’ah, maka maka ia mendapatkan shalat itu secara sempurna”.
Abu Hatim Ar-razy berkata: “hadits ini terdapat kekeliruan dalam matan dan sanadnya, sesungguhnya Az-Zuhry menerima hadits itu dari Abi Salmah dai Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من أدرك ركعة من صلاة الجمعة فقد أدركها
Adapun perkataan dari “jumu’ati” setelah perkataan “min shalatin” maka ini bukanlah termasuk hadits.
5.Hukum mengamalkan Hadits Mu’allal
Bahwasanya ‘illat tercemar dalam keshahihan suatu hadits. Dan hadits mu’allal termasuk kategori hadits dha’if.
6.Kitab-kitab yang terkenal yang membahas tentang Hadits Mu’allal
a. Kitabul ‘Ilal kitabnya Ibn al-Madini guru Imam Bukhary
b. Kitab ‘Ilal al-Hadits kitabnya Abdurrahman bin Abi Hatim Abu Muhammad (Abi Hatim Ar-Razy)
c. Kitabul ‘Ilal kitabnya al-Khallal
d. At-Tarikh wa Al-‘Ilal kitabnya Imam Yahya bin Ma’in
e. Al-‘Ilal al-Waridatu fi al-Ahadits An-Nabawiyah kitabnya Imam Hafidz ‘Ali bin ‘Amr Ad-Daruquthny
f. Al-‘Ilal al-Kabir wa al-‘Ilal Ash-shaghir kitabnya Imam At-Tirmidzy
g. Al-‘Ilal wa Ma’rifatu Ar-rijal kitabnya Imam Ahmad bin Hanbal
Daftar Pustaka
‘Ajjaj al-Khatib, Muhammad, Dr. 1989. Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Mushthalahuhu. Beirut: Dar al-Fikr
At-Tahhan, Mahmud, Dr. Taisir Mushthalah al-Hadits. Beirut, Libanon: Darul Fikr
Ibn Katsir, Ikhtishar Ulum al-Hadits. Beirut: Dar al-Fikr
Manna Ar-Rasikh, Abdul. 2006. Kamus Istilah Istilah Hadits. Jakarta: Darul Falah.
Rahman, Fatchur, Drs. 1974. Ikhtishar Mushthalahul Hadits. Bandung: PT Alma’arif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar