Bagaimana Sifat dan Dzat Allah SWT itu ?
PENDAHULUAN
Golongan Antropomorfis, naturalis, orang-orang kafir dan orang uang sepaham dengan mereka itu.
Telah
dikatakan kepada mereka “telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an sejak
kurang lebih berabad abad yang lalu”. Kita maklum bahwa musuh islam
selalu berusaha sekuat tenaga unutk membuat semisal Al-Qur’an berusaha
pula membelokannya, mengubah dan menggantinya dengan yang lain. Tetapi
Allah menantang mereka untuk mendatangkan semisalnya atau sepuluh surat
semisalnya. Kemudian Allah melontarkan suatu tantangan dengan firmannya :[1]
bÎ)ur öNçFZà2 ’Îû 5=÷ƒu‘ $£JÏiB $uZø9¨“tR 4’n?tã $tRωö7tã (#qè?ù'sù ;ou‘qÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Nä.uä!#y‰ygä© `ÏiB Èbrߊ «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%ω»|¹ ÇËÌÈ
Artinya:
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika
kamu orang-orang yang benar.
Ayat
ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al
Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli
sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad
s.a.wApakah yang demikian tidak menunjukan tentang adanya Allah? Tentang
adanya Dzat Allah? Begitu juga segala sesuatu yang mensifatinya. Maka
hal-hal tersebut akan dibahas dalam makalah yang sangat singkat ini.
PEMBAHASAN
A. Dzat
Dzat
adalah sesuatu itu sendiri, dan inti dari sesuatu itu. Sedangkan dzat
Allah menurut ibnu sina adalah wujud Allah itu sendiri dan bersifat
mutlak.
Setiap
zat mempunyai sifat, keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, hanyasaja pada suatu saat tertentu atau dalam keadaan
tertentu sifat dapat berubah dengan sifat lainya. Sifat-sifat tersebut
merupakan pengejawantahan kemampuan dan kecirian zat yang disifatkan.
Maka zat hanya mampu bergerak dan memberi akibat sesuai dengan hukuman
yang dimiliki. Zat dalam keimanan dibagi empat :
1. Jarim ialah sesuatu yang terdiri atas satu jauhar fars (satu sel). Contohnya : bakteri
2. Jisim ialah sesuatu yang terdiri atas bebrapa jauhar fard sekurang kurangnya dua jauhar fard. Misalnya : pohon-pohonan
3. Jisif latif ialah sesuatu yang terdiri dari atas sesuatu yang tidak kelihatan (nuraniyah/lathifah). Contoh : listrik
4. Mutlak ialah sesuatu yang tidak tersusun atas sesuatu, bukan jarim, bukan jisim dan bukan jisim lathif ialah Dia Allah Swt.[2]
Dzat
Allah tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, karena keterbatasan akal
manusia.oleh sebab itu yang menjadi pokok dalam hal ini adalah kita
tidak boleh memikirkan dzat Allah, tetapi hendaknya kita memikirkan
mahluk-mahluknya,[3] sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW :
تفكروا فى خلق الله ولا تفكروا فى الله فإنكم لن تقدروا قدره
Artinya: pikirkanlah ciptaan Allah dan jangan kamu memikirkan Dzat Allah, karena kamu tidak dapat menjangkau-Nya.
Larangan
ini bukan berarti mengurung pikiran tetapi menjaga dan memeliharanya
agar tidak terjatuh dan terperosok kepada hal-hal yang tidak terjangkau
olehnya.
Dzat
Allah lebih besar dari apa yang bisa dibayangkan/dicapai oleh akal
manusia. Allah yang sebagaimana diakui dan diyakini oleh para ulama
adalah Dzat dan Dzat Allah adalah mutlak.[4]
Untuk menjelaskan tentang Dzat Allah ini adalah tidak mudah seperti
menjelaskan materi yang lain, karena pengertian Dzat Allah itu sendiri
ialah sesuatu yang tidak bisa dikaji secara implisit ataupun pengkajian
yang dengan memberikan bukti bentuknya. Maka dalam mengkaji Dzat Allah
ini tidaklah mudah, karena Allah itu bukanlah materi, yang dapat
dibuktikan keberadaanya.
Maka
dengan demikian sesuai dengan pengertianya yang mutlak dan tak terbatas
adalah sesuatu yang tidak berada dalam ruang dan waktu. Sedangkan
pengetahuan hanya untuk tema tema atau objek –objek yang nyata. Jika
tidak, maka gambaran pengatahuan adalah sebuah gambaran kosong dan
tidaknyata, karena Dzat Allah adalah mutlak dan tidak terbatas, tidak
berada pada ruang dan waktu, serta tidak pula berada pada realitas
tertentu, maka menggambarkan Dzat Allah hanya bisa menggunakan bahasa
manusia saja, tidak dalam penarasian. [5]
B. Sifat
Dengan
memperhatikan alam semesta beserta seluruh mahluk yang ada padanya maka
seorang muslim mendapat petunjuk bahwa alam semesta ini memiliki
penciptaan yang mewujudkannya, yang bersifat dengan segala sifat
kesempurnaan. Sifat-sifa Allah itu ada 3 :
1. Sifat wajib
Sifat
wajib ialah sifat yang harus ada pada Allah, apabila hilang salah
satunya saja, maka hilanglah predikat ketuhanannya. Sifat wajib itu
sendiri ada 20 :
a) Wujud.
Artinya;
. Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu
lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari
dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah
mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya),
supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.[6]
b) Al-qidam dan al-baqa’
Artinya: Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin[1452]; dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.
c) Mukholafatunnlilhawadisi
Artinya: tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia,
d) Alqiyamu bi nafsihi
e) Al wahdaniyah
f) Al-qudrah
g) Iradah
h) Al-‘ilmu
i) Al-hayan
j) As-sama’ wal bashor
k) Al-kalam, qadiran, muridan, aliman, hayan, sami’an, bashiron, mutakaliman.
Keduapuluh sifat tersebut dibagi kedalam 4 golongan :
1. Nafsiyah ialah sifat yang berhubungan eerat dengan zatnya dan tidak dapat dipisahkan. Yang termaksud sifat nafsiyah ialah Wujud
2. Salbiyah
ialah sifat yang menunjukan kepada pengertian kebelikanya dari pada
sifat penyebutanya, sehingga padanan pengertiannya mempergunakan kalimat
negatif . jadi penyebutannya selalu kalimat positif dan pengertian
kebelikanya ialah kalimat negatif. Sifat ini ada 5 yaitu, Qidam, Baqa’,
Mukholafatil lil hawasisi, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyah
3. Ma’ani
ialah sifat yang memastikan zat dengan sifat yang disifatkan. Sifat
tersebut menunjukan pada kemampuan menyatakan sifatnya. Sifat itu ada 7 :
qudrah, irodah, ilmu, hayah, sama’, bashor, kalam.
4. Ma’nawiyah
ialah sifat yang tergantung pada sifaat ma’ani yang menunjukan pada
kemampuan yang tidak terbatas. Maka sifat ma’nawiyah menunjukan bahwa
tidak ada zat lain yang mempunyai sifat zat tersebut. Setiap sifat
ma’ani mempunyai sifat ma’nawiyah. Sifat sifat itu antara lain Qadiran,
Muridan, Aliman, Hayan, Sami’an, Bashiron, Mutakaliman. Sifat ma’nawiyah
ini untuk meyakinkan bahwa Allah itu maha kuasa karena memiliki sifat
kuasa, yang maksudnya ialah suatu kekuasaan mutlak sehinngga zat lain
tidak dapat menyamai-Nya.[7]
2. Sifat mustahil Allah SWT
Sifat
mustahil bagi adalah merupakan kebalikan dari sifat wajib, maka
jumlahnyapun sama duapuluh buah juga. ‘adam, huduts, fana’, mumatsaluhu
lil hawadisi, ihtiyajuhu lighoirihi, Qiyamuhu bi ghoirihi, at-ta’dud,
‘Ajzun, Karohah, Jahlun, Mautun, Shummum, A’ma, Bukmun, ‘Ajizun,
Mukrohun, Jahilan, Mayyitan, Ashomma, ‘Ama, Abkam.
3. Sifat jaiz bagi Allah
Sifat
jaiz hanya satu yaitu Allah bebas berbuat, maksudnya apabila dia tidak
akan membuat sesuatu, maka tidak ada seorangpun yang dapat memaksanya,
sebaliknya apabila Dia sudah berkehandak membuat sesuatu, maka tidak ada
seorang pun yang dapat menghalangi Nya.[8]
KESIMPULAN
Sesuai
dengan pengertianya yang mutlak dan tak terbatas adalah sesuatu yang
tidak berada dalam ruang dan waktu. Sedangkan pengetahuan hanya untuk
tema tema atau objek –objek yang nyata. Jika tidak, maka gambaran
pengatahuan adalah sebuah gambaran kosong dan tidaknyata, karena Dzat
Allah adalah mutlak dan tidak terbatas, tidak berada pada ruang dan
waktu, serta tidak pula berada pada realitas tertentu, maka
menggambarkan Dzat Allah hanya bisa menggunakan bahasa manusia saja,
tidak dalam penarasian.
Sifat-sifa Allah itu ada 3 : sifat wajib bagi Allah, sifat mustahil bagi Allah dan sifat jaiz bagi Allah.
Sehingga
dapat dipahami bahwa Allah itu bersifat zat mutlak bukan materi,
sehingga dalam menjelaskan nya tidak dapat disamakan seperti menjelaskan
pengetahuan yang bersifat materi, yang metrei itu dapat di buktuikan
dengan panca indra, ataupun dengan penelitian. Oleh karena itu nabi barsabda ;
تفكروا فى خلق الله ولا تفكروا فى الله فإنكم لن تقدروا قدره
Artinya: pikirkanlah ciptaan Allah dan jangan kamu memikirkan Dzat Allah, karena kamu tidak dapat menjangkau-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Al’alim, musthafa, Aqidah Islam Menurut Ibnu Taymiyah, Bandung : PT alma’arif,1982
Mamud, Ali Abdul Halim, Karakteristik Umat Terbaik, Jakarta : GEMA INSANI PRESS, 1996
Prokja Akademik UIN SUNAN KALIJAGA
Rofiq, Muhammad, Kepercayaan Islam, Yogyakarta : PT Alma’arif, 1981
[1] Ali abdul halim mahmud, karakteristik umat terbaik, (Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 1996), cet. Pertama hal.14
[2] Rofiq, muhammad, kepercayaan islam, (Yogyakarta : PT Alma’arif, 1981), cet. Pertama hal. 29
[3] Ali abdul halim mahmud, karakteristik umat terbaik, (Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 1996), cet. Pertama hal. 28
[4] Musthofa, al-‘alim, aqidah islam menurut ibn taymiyah, (Bandung: PT Alma’arif, 1982), cet. Pertama hal. 15
[5] Pokja uin, tauhid, hal. 30
[6] Al-qur’an surat ar’ad ayat 2
[7] Rofiq, muhammad, kepercayaan islam……..hal 34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar